Senin, 06 Januari 2014

Musuhku menjadi cintaku



Nama   : Desty Hapsari
Npm    : 21211912
Kelas    : 3eb24


Dia laki – laki yang gak pernah mau menang sendiri yang bernama joni.. aku bernama gita mulai kenal dia dari sejak sd. Saat ini aku berumur 20 tahun. Dari aku mulai pindah sd ketempat dimana joni bersekolah disana aku tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dia. Joni berasal dari keluarga kaya sedangkan aku berasal dari keluarga yang biasa saja, ayahku seorang pns yang dipindah tugaskan ke jakarta. Kota kelahiranku adalah solo atau biasa orang memanggil kota Solo dengan kota batik. Sekarang aku kerja bersama dengan joni. Dia selalu mencari gara – gara dengan aku. Awal mula permusuhan kami adalah ketika joni menakli temen sekelas saya. Karena aku kesal dengan dia sehingga aku berkata
“hey joni beraninya kau dengan seorang gadis. Dasar pengecut.”

Semenjak aku berbicara seperti itu dia menjadi kesal dan membenci aku hingga saat ini. Yang anehnya teman teman ku bilang kami berjodoh karena sejak dari SD, SMP, SMA, Kuliah bahkan hingga sekarang aku bekerja di tempat yang sama dengan dia. Aku juga bingung kenapa hal itu dapet terjadi dengan kami. Setahu aku joni orang yang pintar meskipun kelakuannya sangat tidak baik. Mungkin dia jenius. Pekerjaan dia saja saat ini sangat kreatif. Kami bekerja disebuah perusahaan majalah terbesar di jakarta. Aku dan joni satu group yaitu menjadi tim kreatif yang membuat ide – ide yang akan diterbitkan dalam majalah ini.

Adanya perbedaan sikap dari joni yang membuatku berfikir ulang tentang sikap dan sifat dia. Ternyata joni mempunya sikap positif juga selain sikap positif dia yang banyak. Saat itu aku melihat dia sedang berada di sebuah panti asuhan. Panti asuhan itu dekat dengan saya tinggal. Aku melihat dia sedang bermain dengan ceria bersama anak – anak yang kurang beruntung karena tidak ada orang tua yang mmberikan kasih sayang untuk mereka. Daripada mengintip joni sedang main bersama anak – anak itu lalu aku menyamperinnya untuk menegor dia.
“hey joni kan, sedang apa kau disini?”

Joni kemudian menoleh dan terkejut melihat aku dibelakang dia.
“aku sedang bermain dengan mereka, kau tidak melihatnya.” Berkata dengan nada sedikit tinggi.
“yah maaf, aku kan Cuma ingin memastikan kenapa kamu bisa berada disini. Aku tidak sepenuhnya yakin kamu adalah joni. Manusia yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal. Aku masih sangat jelas dengan kejadian waktu SD.”

Joni kemudian berkata dengan anak – anak itu.
“anak – anak, kakak ingin berbincang dulu ya dengan kakak yang cerewet ini.”
“iya kak.” Kata anak – anak sambil terkekeh.

Aku jadi cemberut dengan perkataan joni terhadapku dengan anak – anak itu.
“Ayo Gita, ngobrol di tempat lain aja.” Kata joni
“aneh aku liat kamu main dengan anak – anak tadi.”
“loh kenapa?”
“abis kamu kan dari dulu sangat menyebalkan, tidak sopan santun.”
“ish, pikiran kamu negatif aja ke aku. Kamu mau ikut main.”

Dalam hati mempunyai rasa yang berbeda melihat joni melakukan hal seperti itu..
“anak – anak, ini kenalkan temen kakak namanya gita.”
“cie kakak, pacarnya ya.”
“gak, bukan.”

Kita bermain hingga tak ingat waktu melewati waktu magrib. Akhirnya kami berpamitan dengan anak – anak itu untuk pulang.
“ayo Gita pulang. Aku antar kamu saja. Mau makan dulu tidak?”
“boleh, terserah kamu.”

Sampai tempat makan kita bercerita mengenai anak – anak tadi dan kenapa joni bisa bermain dengan mereka. Ternyata joni merasa kesepian karena orangtuanya tidak pernah memperhatikannya. Sampai akhirnya iya nyaman bersama dengan anak – anak itu. Selama main dengan anak- anak itu dia merasa bahwa kisah mereka smaa dengan anak – anak yang tak punya orang tua itu tetapi berbeda karena dia bisa membeli apapun yang iya mau.

Semenjak itu, aku terus merasa ada hal yang aneh yang aku rasakan ketika berada dengan joni. Hal apa yang aku rasakan ini. Tak habis pikir joni mengajakku makan siang dan kemudian aku mendengar kalimat yang aku tak duga sebelumnya.
“aku sepertinya merasakan hal yang berbeda dengan kamu. Aku sayang sama kamu. Mau gak kamu menjadi pacar aku.”

Deg hati ku mendadak bergetar saat dia menanyai pertanyaan itu. Aku terkejut. Tapi aku ingin menjawab dia.
“kalo kamu belum bisa jawab jangan jawab dulu sekarang gita. Aku mau menunggu.”

Seminggu kemudian...
“apakah kamu udah siap untuk menjawab pertanyaan aku yang waktu itu?”
“hmm, iya aku sudah memikirkannya. Jawaban aku iya. Karena aku juga merasakan hal yang sama dengan kamu. Awalnya aku sebel benci dengan kamu. Tapi semenjak kamu bisa akrab dengan anak – anak di panti asuhan itu, aku merasakan hal yang berbeda dengan kamu.”
Akhirnya permusuhan diantara kami berakhir dan kami menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar