Nama : Desty Hapsari
Npm : 21211912
Kelas : 3eb24
Dia laki – laki yang gak pernah mau
menang sendiri yang bernama joni.. aku bernama gita mulai kenal dia dari sejak
sd. Saat ini aku berumur 20 tahun. Dari aku mulai pindah sd ketempat dimana
joni bersekolah disana aku tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dia. Joni
berasal dari keluarga kaya sedangkan aku berasal dari keluarga yang biasa saja,
ayahku seorang pns yang dipindah tugaskan ke jakarta. Kota kelahiranku adalah solo
atau biasa orang memanggil kota Solo dengan kota batik. Sekarang aku kerja
bersama dengan joni. Dia selalu mencari gara – gara dengan aku. Awal mula
permusuhan kami adalah ketika joni menakli temen sekelas saya. Karena aku kesal
dengan dia sehingga aku berkata
“hey joni beraninya kau dengan seorang gadis. Dasar
pengecut.”
Semenjak aku berbicara seperti itu
dia menjadi kesal dan membenci aku hingga saat ini. Yang anehnya teman teman ku
bilang kami berjodoh karena sejak dari SD, SMP, SMA, Kuliah bahkan hingga
sekarang aku bekerja di tempat yang sama dengan dia. Aku juga bingung kenapa
hal itu dapet terjadi dengan kami. Setahu aku joni orang yang pintar meskipun
kelakuannya sangat tidak baik. Mungkin dia jenius. Pekerjaan dia saja saat ini
sangat kreatif. Kami bekerja disebuah perusahaan majalah terbesar di jakarta.
Aku dan joni satu group yaitu menjadi tim kreatif yang membuat ide – ide yang
akan diterbitkan dalam majalah ini.
Adanya perbedaan sikap dari joni yang
membuatku berfikir ulang tentang sikap dan sifat dia. Ternyata joni mempunya
sikap positif juga selain sikap positif dia yang banyak. Saat itu aku melihat
dia sedang berada di sebuah panti asuhan. Panti asuhan itu dekat dengan saya
tinggal. Aku melihat dia sedang bermain dengan ceria bersama anak – anak yang
kurang beruntung karena tidak ada orang tua yang mmberikan kasih sayang untuk
mereka. Daripada mengintip joni sedang main bersama anak – anak itu lalu aku
menyamperinnya untuk menegor dia.
“hey joni kan, sedang apa kau disini?”
Joni kemudian menoleh dan terkejut
melihat aku dibelakang dia.
“aku sedang bermain dengan mereka, kau tidak
melihatnya.” Berkata dengan nada sedikit tinggi.
“yah maaf, aku kan Cuma ingin memastikan kenapa kamu
bisa berada disini. Aku tidak sepenuhnya yakin kamu adalah joni. Manusia yang
paling menyebalkan yang pernah aku kenal. Aku masih sangat jelas dengan
kejadian waktu SD.”
Joni kemudian berkata dengan anak –
anak itu.
“anak – anak, kakak ingin berbincang dulu ya dengan
kakak yang cerewet ini.”
“iya kak.” Kata anak – anak sambil terkekeh.
Aku jadi cemberut dengan perkataan
joni terhadapku dengan anak – anak itu.
“Ayo Gita, ngobrol di tempat lain aja.” Kata joni
“aneh aku liat kamu main dengan anak – anak tadi.”
“loh kenapa?”
“abis kamu kan dari dulu sangat menyebalkan, tidak
sopan santun.”
“ish, pikiran kamu negatif aja ke aku. Kamu mau ikut
main.”
Dalam hati mempunyai rasa yang
berbeda melihat joni melakukan hal seperti itu..
“anak – anak, ini kenalkan temen kakak namanya gita.”
“cie kakak, pacarnya ya.”
“gak, bukan.”
Kita bermain hingga tak ingat waktu
melewati waktu magrib. Akhirnya kami berpamitan dengan anak – anak itu untuk
pulang.
“ayo Gita pulang. Aku antar kamu saja. Mau makan dulu
tidak?”
“boleh, terserah kamu.”
Sampai tempat makan kita bercerita
mengenai anak – anak tadi dan kenapa joni bisa bermain dengan mereka. Ternyata
joni merasa kesepian karena orangtuanya tidak pernah memperhatikannya. Sampai
akhirnya iya nyaman bersama dengan anak – anak itu. Selama main dengan anak-
anak itu dia merasa bahwa kisah mereka smaa dengan anak – anak yang tak punya
orang tua itu tetapi berbeda karena dia bisa membeli apapun yang iya mau.
Semenjak itu, aku terus merasa ada
hal yang aneh yang aku rasakan ketika berada dengan joni. Hal apa yang aku
rasakan ini. Tak habis pikir joni mengajakku makan siang dan kemudian aku
mendengar kalimat yang aku tak duga sebelumnya.
“aku sepertinya merasakan hal yang berbeda dengan
kamu. Aku sayang sama kamu. Mau gak kamu menjadi pacar aku.”
Deg hati ku mendadak bergetar saat
dia menanyai pertanyaan itu. Aku terkejut. Tapi aku ingin menjawab dia.
“kalo kamu belum bisa jawab jangan jawab dulu sekarang
gita. Aku mau menunggu.”
Seminggu kemudian...
“apakah kamu udah siap untuk menjawab pertanyaan aku
yang waktu itu?”
“hmm, iya aku sudah memikirkannya. Jawaban aku iya.
Karena aku juga merasakan hal yang sama dengan kamu. Awalnya aku sebel benci
dengan kamu. Tapi semenjak kamu bisa akrab dengan anak – anak di panti asuhan
itu, aku merasakan hal yang berbeda dengan kamu.”
Akhirnya permusuhan diantara kami
berakhir dan kami menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar